Memelihara kucing bukan sekadar urusan kasih sayang atau hobi, melainkan juga soal tanggung jawab menjaga kesehatan bersama. Mungkin banyak yang tidak menyadari, sejumlah penyakit pada kucing ternyata dapat menular ke manusia, baik melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Di dunia kedokteran, penularan penyakit dari hewan ke manusia dikenal sebagai zoonosis. Artikel ini akan mengupas secara detail jenis penyakit kucing yang bisa menular ke manusia, gejala, penanganan, hingga tips penting khususnya membahas cara mengobati kucing gondokan yang sering dikhawatirkan pemilik kucing di Indonesia.
Apa Saja Penyakit Kucing yang Bisa Menular ke Manusia?
Zoonosis adalah istilah medis untuk penyakit yang berpindah dari hewan ke manusia. Pada kucing, ada beberapa penyakit menular yang wajib diwaspadai. Menurut Kementerian Kesehatan RI dan CDC, beberapa penyakit utama yang rentan menular dari kucing ke manusia di antaranya adalah toksoplasmosis, ringworm (kurap), cat scratch disease, rabies, scabies (kudis), gondongan (mumps/abses kelenjar), hingga infeksi cacing.
Toksoplasmosis: Si Pembunuh Senyap dari Kotoran Kucing
Toksoplasmosis menjadi momok utama terutama bagi ibu hamil. Penyakit ini disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii yang berkembang biak dalam tubuh kucing dan keluar melalui feses. Manusia bisa tertular melalui kontak dengan tanah atau pasir tempat kucing buang air, membersihkan litter box tanpa sarung tangan, atau menyentuh wajah sebelum mencuci tangan setelah bermain dengan kucing.
Gejala pada manusia bisa sangat ringan, sering dianggap flu biasa, namun pada ibu hamil dan orang dengan daya tahan tubuh rendah, infeksi toksoplasma dapat menyebabkan keguguran, cacat lahir, atau komplikasi berat lainnya.
Ringworm (Kurap): Infeksi Jamur yang Sering Terjadi
Ringworm adalah penyakit kulit akibat jamur dermatofita, bukan cacing seperti namanya. Jamur ini berkembang pada bulu dan kulit kucing, menyebabkan area botak berbentuk lingkaran, kemerahan, gatal, dan bersisik. Manusia dapat tertular hanya dengan menyentuh kucing yang terinfeksi, atau memegang benda-benda seperti sisir, karpet, atau peralatan grooming yang terkena jamur.
Pada manusia, ringworm tampak sebagai ruam merah berbentuk cincin di kulit, sangat gatal, dan bisa menyebar ke area tubuh lain jika tidak segera diobati.
Cat Scratch Disease (CSD): Demam Akibat Garukan Kucing
Penyakit yang juga dikenal sebagai Bartonellosis ini disebabkan oleh bakteri Bartonella henselae, yang hidup di mulut dan kuku kucing. Manusia dapat tertular saat terkena cakaran atau gigitan kucing yang terinfeksi. Gejalanya berupa pembengkakan kelenjar getah bening, demam, kelelahan, dan ruam pada kulit.
Meskipun tidak selalu parah, CSD bisa berbahaya pada anak-anak dan orang dengan sistem imun lemah.
Rabies: Penyakit Mematikan dari Gigitan Kucing
Rabies memang lebih dikenal sebagai penyakit anjing, namun kucing juga bisa terinfeksi dan menularkan virus rabies melalui gigitan atau cakaran. Virus ini menyerang sistem saraf pusat, menyebabkan kejang, kelumpuhan, dan jika tidak segera ditangani hampir selalu berujung pada kematian.
Indonesia masih menjadi negara dengan tingkat kasus rabies yang cukup tinggi, terutama di wilayah pedesaan.
Scabies (Kudis) dan Tungau: Gangguan Kulit yang Mengganggu
Scabies disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei yang hidup di bawah kulit kucing. Parasit ini bisa berpindah ke manusia melalui kontak langsung, menyebabkan gatal hebat, ruam, dan iritasi kulit, terutama di area sela-sela jari, pergelangan tangan, dan perut.
Infeksi Cacing: Ancaman dari Dalam Tubuh Kucing
Kucing sering menjadi inang bagi berbagai jenis cacing seperti cacing gelang (Toxocara), cacing tambang, dan cacing pita. Telur cacing dapat keluar bersama feses dan mencemari lingkungan. Manusia, terutama anak-anak, bisa tertular bila tidak mencuci tangan setelah bermain di tanah atau pasir yang terkontaminasi.
Gejala infeksi cacing pada manusia sangat bervariasi, mulai dari gangguan pencernaan, penurunan berat badan, hingga gangguan mata (toxocariasis).

Gondokan pada Kucing: Apa Itu dan Apakah Menular ke Manusia?
Mengenal Gondokan pada Kucing
Gondokan pada kucing secara medis dikenal sebagai abses kelenjar, yaitu pembengkakan pada bagian leher, rahang, atau pipi kucing akibat infeksi bakteri, luka gigitan, atau peradangan pada kelenjar air liur. Meski istilah “gondok” pada manusia biasanya merujuk pada pembesaran kelenjar tiroid, pada kucing kondisi ini lebih sering berupa abses berisi nanah akibat infeksi.
Tanda-tanda kucing gondokan antara lain leher atau bagian wajah tampak membesar, terasa panas, kucing sulit menelan, lesu, demam, bahkan keluar nanah jika abses pecah.
Apakah Gondokan Kucing Bisa Menular ke Manusia?
Umumnya, gondokan pada kucing tidak secara langsung menular ke manusia. Namun, bakteri penyebab abses seperti Pasteurella atau Staphylococcus tetap dapat menjadi ancaman, terutama jika cairan abses mengenai luka terbuka di kulit manusia. Oleh karena itu, penting bagi pemilik kucing untuk selalu menggunakan sarung tangan saat merawat kucing yang terkena gondokan.
Cara Mengobati Kucing Gondokan dan Pencegahan Penularan ke Manusia
Langkah Pertama Mengobati Kucing Gondokan
Jika kucing menunjukkan tanda-tanda gondokan, segera bawa ke dokter hewan untuk pemeriksaan. Dokter biasanya akan melakukan:
- Diagnosa Fisik: Melihat lokasi dan ukuran pembengkakan.
- Drainase Abses: Jika abses sudah matang, dokter akan membersihkan area, membedah, dan mengeluarkan nanah dengan prosedur steril.
- Pemberian Antibiotik: Kucing diberikan antibiotik untuk membunuh bakteri penyebab abses dan mencegah infeksi menyebar.
- Antiseptik Lokal: Luka dibersihkan dengan larutan antiseptik khusus hewan.
Sangat tidak dianjurkan memecahkan atau mengobati gondokan kucing sendiri di rumah tanpa anjuran dokter hewan, karena bisa menyebabkan infeksi menyebar, komplikasi, atau bahkan kematian.
Pencegahan Penularan dan Perawatan di Rumah
Agar abses cepat sembuh dan tidak menular, lakukan langkah berikut:
- Selalu cuci tangan setelah menangani kucing sakit.
- Bersihkan area luka kucing secara rutin sesuai instruksi dokter.
- Isolasi kucing dari hewan peliharaan lain selama proses penyembuhan.
- Gunakan sarung tangan jika perlu membersihkan luka.
Bagaimana Penyakit Kucing Menular ke Manusia?
Cara Penularan yang Sering Terjadi
Penularan penyakit dari kucing ke manusia bisa terjadi lewat beberapa cara, di antaranya:
- Kontak Langsung: Melalui gigitan, cakaran, atau menyentuh luka kucing yang terinfeksi.
- Kontak Tidak Langsung: Menyentuh benda-benda terkontaminasi seperti litter box, kasur, atau mainan kucing yang membawa bakteri, virus, atau jamur.
- Feses dan Urin: Telur cacing, toksoplasma, atau parasit lain sering keluar lewat feses dan mencemari lingkungan rumah.
Kebiasaan buruk seperti tidak mencuci tangan setelah membersihkan litter box, membiarkan anak kecil bermain tanah bekas kotoran kucing, atau tidur sekasur dengan kucing yang sakit meningkatkan risiko penularan.
Siapa yang Paling Rentan Terinfeksi?
Tidak semua orang mudah tertular penyakit dari kucing. Namun, kelompok yang paling rentan meliputi:
- Ibu hamil (khususnya untuk toksoplasmosis)
- Anak-anak usia dini
- Lansia
- Orang dengan sistem imun lemah (ODHA, pasien kanker, dll)
Untuk mereka, disarankan untuk sangat hati-hati dalam berinteraksi dan menjaga kebersihan diri serta lingkungan.
Tips Pencegahan Penularan Penyakit dari Kucing ke Manusia
Vaksinasi dan Pemeriksaan Rutin
Pastikan kucing mendapatkan vaksinasi lengkap, mulai dari vaksin rabies, panleukopenia, hingga vaksin cacing. Pemeriksaan kesehatan rutin ke dokter hewan juga penting untuk mendeteksi dini penyakit.
Menjaga Kebersihan Lingkungan
Bersihkan kandang, litter box, dan area bermain kucing setiap hari. Gunakan disinfektan aman, dan pastikan area rumah tidak lembap untuk mencegah jamur dan bakteri berkembang.
Cuci Tangan dan Gunakan Sarung Tangan
Selalu cuci tangan setelah membersihkan litter box atau memegang kucing, terutama jika kucing sedang sakit. Penggunaan sarung tangan medis sangat disarankan saat mengobati kucing gondokan atau penyakit kulit lainnya.
Jaga Imun Tubuh dan Hindari Kontak Berlebihan
Bagi pemilik yang punya daya tahan tubuh lemah, batasi interaksi dengan kucing sakit. Jangan biarkan kucing tidur sekasur atau menjilati wajah Anda, terutama saat sedang dalam masa pengobatan.
Mengapa Pengetahuan Zoonosis Sangat Penting bagi Pemilik Kucing?
Kesehatan kucing dan pemiliknya saling terkait. Menjaga kebersihan, rutin vaksinasi, dan waspada pada gejala penyakit dapat mencegah penularan zoonosis. Selain melindungi diri sendiri dan keluarga, edukasi soal penyakit zoonosis membantu memutus rantai penularan di komunitas lebih luas.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera konsultasikan ke dokter jika Anda mengalami:
- Luka gigitan/cakaran kucing yang membengkak dan tidak kunjung sembuh
- Demam tinggi setelah kontak dengan kucing
- Ruam atau gatal tak wajar setelah membersihkan kucing sakit
- Gangguan pencernaan tanpa sebab jelas, terutama jika Anda sering kontak dengan kotoran kucing
Demikian juga, segera bawa kucing ke dokter jika menunjukkan tanda-tanda sakit: lesu, demam, keluar cairan dari luka, perubahan perilaku, atau tanda-tanda abses/gondokan.
Kucing Sehat, Keluarga pun Aman
Memelihara kucing tetap aman dan menyehatkan, asalkan Anda tahu cara menjaga kebersihan, memahami penyakit zoonosis, dan sigap mengobati kucing sakit, termasuk cara mengobati kucing gondokan yang telah dibahas di atas. Cinta pada kucing harus dibarengi dengan edukasi kesehatan agar seluruh keluarga terhindar dari ancaman penyakit menular.