Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) adalah salah satu tanaman herbal asli Indonesia yang memiliki berbagai khasiat, terutama untuk kesehatan hati, pencernaan, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Dalam dunia farmasi dan pengobatan tradisional, temulawak sering diproses menjadi simplisia, yaitu bahan baku obat dalam bentuk kering seperti irisan atau serbuk yang belum dicampur dengan bahan aktif lainnya. Artikel ini akan mengulas secara lengkap cara pengolahan simplisia temulawak yang sesuai standar, mulai dari panen, pencucian, pengirisan, pengeringan, hingga penyimpanan dan cara merebus temulawak yang benar untuk konsumsi sehari-hari.

Mengenal Simplisia Temulawak dan Manfaatnya
Simplisia merupakan bentuk bahan baku obat dari tumbuhan yang sudah melalui proses pengolahan dasar, seperti pengeringan dan penyimpanan, tanpa melalui ekstraksi atau pencampuran. Dalam kasus temulawak, simplisia biasanya berupa irisan rimpang kering yang bisa digunakan langsung untuk pembuatan jamu, rebusan herbal, atau bahan baku industri farmasi dan kosmetik.
Rimpang temulawak mengandung zat aktif seperti kurkuminoid, xanthorrhizol, dan minyak atsiri. Kandungan ini menjadikan temulawak sangat bermanfaat sebagai antiinflamasi, antibakteri, antikanker, dan hepatoprotektor (pelindung hati).
Tahapan Panen dan Pembersihan Temulawak
Tahapan pengolahan simplisia temulawak dimulai dari pemanenan rimpang. Tanaman temulawak siap dipanen setelah berumur 9 hingga 11 bulan, ketika daunnya mulai menguning dan mengering. Pemanenan dilakukan secara hati-hati agar rimpang tidak rusak.
Setelah dipanen, rimpang temulawak harus segera dibersihkan. Langkah pertama adalah mencuci rimpang di bawah air mengalir untuk menghilangkan tanah dan kotoran. Pencucian harus dilakukan dengan cepat agar zat aktif di dalam rimpang tidak larut ke dalam air.
Pengirisan dan Perlakuan Awal
Setelah bersih, temulawak dipotong-potong menjadi irisan tipis dengan ketebalan sekitar 3–5 mm. Pengirisan harus dilakukan dengan alat tajam dan bersih untuk menghindari kontaminasi mikroba.
Beberapa produsen melakukan perendaman rimpang yang sudah diiris ke dalam larutan natrium metabisulfit atau asam sitrat untuk mencegah perubahan warna dan mempertahankan kandungan aktif. Perlakuan ini juga berfungsi sebagai antimikroba alami.

Pengeringan Simplisia Temulawak
Pengeringan adalah tahap krusial dalam pengolahan simplisia temulawak. Tujuan utamanya adalah menurunkan kadar air rimpang hingga di bawah 10% agar produk tahan lama dan tidak mudah ditumbuhi jamur.
Metode Pengeringan Alami
Pengeringan secara alami dilakukan dengan menjemur irisan temulawak di bawah sinar matahari langsung selama 3–5 hari. Pengeringan sebaiknya dilakukan di atas para-para atau rak bambu agar sirkulasi udara lancar. Jangan menjemur langsung di tanah karena berisiko terkontaminasi mikroba.
Pengeringan Buatan
Untuk hasil lebih higienis dan cepat, bisa digunakan oven pengering bersuhu 50–60°C. Pengeringan buatan lebih disarankan untuk produksi dalam skala industri karena lebih konsisten dan aman.
Penyimpanan Simplisia Temulawak
Setelah kering, simplisia temulawak harus disimpan di wadah tertutup rapat dan kering. Gunakan kantong plastik tebal, toples kaca, atau wadah food grade yang diberi label tanggal pengeringan. Simpan di tempat sejuk dan tidak terkena sinar matahari langsung.
Suhu dan kelembapan ruangan penyimpanan harus dijaga agar simplisia tidak menyerap air dari udara. Bila disimpan dengan benar, simplisia temulawak dapat bertahan hingga satu tahun tanpa kehilangan kualitasnya.
Cara Mengolah dan Merebus Temulawak yang Benar
Banyak orang masih keliru dalam merebus temulawak, padahal cara merebus yang benar akan memengaruhi efektivitas zat aktif di dalamnya. Berikut adalah langkah-langkah merebus temulawak secara benar berdasarkan standar pengolahan herbal tradisional:
Pemilihan Bahan
Gunakan simplisia temulawak kering yang sudah bersih dan berkualitas. Jumlah yang disarankan untuk satu gelas air adalah sekitar 3–5 gram irisan kering.
Proses Rebusan
Rebus air hingga mendidih, lalu masukkan irisan temulawak. Rebus selama 15–20 menit dengan api kecil agar zat aktif larut sempurna ke dalam air. Jangan merebus dengan api besar karena bisa merusak struktur senyawa aktif.
Penyaringan dan Konsumsi
Setelah direbus, saring air rebusan menggunakan saringan halus. Air hasil rebusan bisa diminum langsung dalam kondisi hangat. Minum 1–2 kali sehari untuk menjaga kesehatan tubuh.
Cara merebus temulawak yang benar seperti ini juga bisa digunakan untuk kombinasi dengan herbal lain seperti jahe, kunyit, atau sereh untuk manfaat tambahan.
Inovasi Olahan dari Simplisia Temulawak
Selain direbus, simplisia temulawak bisa dijadikan berbagai bentuk produk seperti teh celup, kapsul, hingga bahan kosmetik. Banyak produsen herbal kini menggunakan ekstrak temulawak dalam produk suplemen untuk mendukung kesehatan liver dan meningkatkan nafsu makan.
Simplisia juga menjadi bahan dasar pembuatan ekstrak cair menggunakan pelarut etanol atau air, yang kemudian dikemas dalam botol sebagai sirup herbal. Dalam industri kosmetik, minyak atsiri temulawak digunakan sebagai bahan aktif dalam sabun dan lotion anti jerawat.

Kelebihan Pengolahan Tradisional
Cara mengolah biji atau rimpang herbal secara tradisional tetap relevan karena mempertahankan keaslian senyawa alami. Proses tradisional lebih minim risiko degradasi zat aktif dibandingkan pengolahan kimia berlebih. Oleh karena itu, masyarakat masih banyak yang memilih rebusan temulawak sebagai alternatif pengobatan rumahan yang aman dan alami.
Pengolahan simplisia secara tradisional juga mendukung pelestarian budaya jamu sebagai warisan kesehatan nusantara. Banyak daerah di Indonesia yang masih mempertahankan sistem ini melalui usaha kecil seperti produsen jamu gendong dan pengrajin herbal desa.
Menjaga Khasiat Temulawak Lewat Pengolahan Simplisia
Cara pengolahan simplisia temulawak membutuhkan ketelitian sejak panen hingga penyimpanan. Setiap tahapan, mulai dari pencucian, pengirisan, pengeringan, hingga cara merebus temulawak yang benar, sangat memengaruhi kualitas akhir produk dan efektivitasnya saat dikonsumsi.
Dengan mengolah temulawak secara tepat, baik secara tradisional maupun semi-modern, kita bisa memperoleh manfaat optimal dari tanaman herbal yang kaya akan senyawa aktif ini. Simplisia temulawak bukan hanya warisan budaya, tapi juga aset kesehatan yang layak dipertahankan dan dikembangkan lebih luas.