Budidaya Teh: Sejarah, Manfaat, Jenis dan Syarat

Selamat Datang di Web Rumah Budidaya, tempat beragam macam budidaya yang akan disajikan dalam web ini secara rinci dan detail. Dibawah ini saya akan membahas materi tentang Budidaya Teh berikut penjelasannya.

Budidaya Teh

A. Sejarah Teh

Tanaman teh termasuk genus Camellia yang memiliki  sekitar 82 species, terutama tersebar di kawasan Asia Tenggara pada garis lintang 30° sebelah utara maupun selatan khatulistiwa.

Selain tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) yang dikonsumsi sebagai minuman penyegar, genus Cammelia ini juga mencakup banyak jenis tanaman hias.

Tanaman teh berasal dari wilayah perbatasan  negara- negara China selatan (Yunan), Laos Barat Laut, Muangthai Utara, Burma Timur dan India Timur Laut, yang merupakan vegetasi hutan daerah peralihan tropis dan subtropis.

Tanaman teh pertama kali  masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari jepang yang dibawa oleh seorang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta.

Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F. Valentijn melaporkan melihat perdu teh muda berasal dari China tumbuh di Taman Istana Gubernur Jendral Champhuys  di Jakarta. Pada tahun 1826 tanaman teh berhasil ditanam melengkapi Kebun Raya Bogor, dan pada tahun 1827 di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat.

Berhasilnya penanaman percobaan skala besar di Wanayasa (Purwakarta) dan di Raung (Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh, menaruh landasan bagi usaha perkebunan teh di Jawa.  Teh dari Jawa tercatat pertama kali diterima di Amsterdam tahun 1835. Teh  jenis Assam mulai masuk ke Indonesia (Jawa) dari Sri Lanka (Ceylon) pada tahun 1877, dan ditanam  oleh R.E. Kerkhoven di kebun Gambung, Jawa Barat.

Dengan masuknya  teh Assam tersebut ke Indonesia, secara berangsur tanaman teh China diganti dengan teh Assam, dan sejak itu pula perkebunan teh di Indonesia berkembang semakin luas.


Pada tahun 1910 mulai dibangun perkebunan teh di daerah Simalungun, Sumatera Utara.


B. Manfaat Teh

Pada tahun  1962,  Organisasi kesehatan Dunia (WHO) di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) melaporkan adanya peningkatan kasus kerusakan gigi, penyakit pada sistem pencernaan dan kropos pada tulang manusia yang disebabkan oleh kurang tersedianya sumber air bersih, serta  akibat peningkatan konsumsi bahan pengawet dan gula.

Berdasarkan laporan tersebut PBB melakukan program penambahan klorin dan flour pada air bersih. Program  tersebut  telah  membuahkan hasil di kota besar negara maju yang memiliki teknologi  air bersih, namun belum menyentuh masyarakat yang hidup di kota- kota kecil negara berkembang.

Teh memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan manusia akan klorin dan flour. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teh disamping sebagai bahan minuman, sifat antiseptik dapat menjaga kesehatan  mulut  dan gigi, tenggorokan, menjaga keseimbangan mikroflora sistem pencernaan dan meningkatkan penyerapan kalsium untuk pertumbuhan tulang.

Pada dekade 70-an dan 80-an, dunia diguncang oleh laporan adanya peningkatan drastis kasus penyakit jantung dan kanker, sebesar 3-5% per tahun.

Berbagai negara mengalokasikan dana yang sangat besar untuk penelitian terhadap semua kasus tersebut. Baru pada awal dekade 90-an, peneliti menemukan bahwa teh merupakan minuman karsinogen yang sangat efektif untuk mengurangi risiko  kejangkitan dan menghambat  pertumbuhan kanker.

Dengan ditemukannya berbagai khasiat yang terkandung  pada teh maka pada akhir dekade 90- an, PBB memberi bantuan kepada 30 negara penghasil teh untuk melakukan  program promosi teh dalam rangka meningkatkan konsumsi teh dunia.

Di Indonesia program ini dilakukan di kota Surabaya, Propinsi Jawa Timur.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung Jawa Barat Indonesia menunjukkan bahwa kandungan polifenol pada  teh  Indonesia yang merupakan  komponen  akti f untuk kesehatan ± 1,34 kali lebih tinggi dibanding teh dari negara lain

Katekin merupakan senyawa polifenol utama  pada teh sebesar 90% dari total kandungan polifenol.  Rata-rata kandungan katekin pada teh Indonesia berkisar antara 7,02 – 11,60% b.k., sedangkan pada negara lain berkisar antara 5,06-7,47 b.k.

Teh  selain mengandung polifenol hingga 25-35%, juga mengandung komponen lain yang bermanfaat  bagi kesehatan, antara lain : metilxantin, asam amino, peptides, karbonhidrat, vitamin (C,E dan K), karotenoid, mineral seperti kalium, magnesium, mangan, fluor, zinc, selenium, copper, iron, calcium, serta metilxantin dan alkaloid lain.


C. Jenis Produk Teh

Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi 4 kelompok: teh hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih.

Istilah “teh”  juga  digunakan untuk minuman yang dibuat dari buah, rempah-rempah atau tanaman obat lain yang diseduh,

misalnya, teh rosehip, camomile, krisan dan Jiaogulan. Teh yang tidak mengandung daun teh disebut teh herbal.

Teh dikelompokan berdasarkan cara pengolahan. Daun teh Camellia sinensis segera layu dan mengalami oksidasi kalau tidak segera dikeringkan setelah dipetik.

Proses pengeringan membuat daun menjadi berwarna gelap, karena terjadi pemecahan klorofil dan terlepasnya unsur tanin. Proses selanjutnya berupa pemanasan basah dengan uap panas agar kandungan air pada daun menguap dan proses oksidasi bisa dihentikan pada tahap yang sudah ditentukan.

Pengolahan daun teh sering disebut sebagai “fermentasi” walaupun sebenarnya penggunaan istilah  ini  tidak tepat.

Pemrosesan teh tidak menggunakan ragi dan tidak ada etanol yang dihasilkan seperti layaknya proses fermentasi yang sebenarnya. Pengolahan teh yang tidak benar memang bisa menyebabkan teh ditumbuhi jamur yang mengakibatkan terjadinya  proses  fermentasi. Teh yang sudah mengalami fermentasi dengan jamur harus dibuang, karena mengandung unsur racun dan unsur bersifat karsinogenik.

Pengelompokan teh berdasarkan tingkat oksidasi:


1. Teh Putih

Teh  yang dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dan sewaktu belum dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan klorofil.

Teh putih diproduksi dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan teh jenis lain  sehingga harga menjadi lebih mahal. Teh putih kurang terkenal di luar Tiongkok, walaupun secara perlahan-lahan teh putih dalam kemasan teh celup juga mulai populer.


2. Teh Hijau

Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan pemanasan (cara tradisional Jepang dengan menggunakan uap atau cara tradisional Tiongkok  dengan menggongseng di atas wajan panas).

Teh yang sudah dikeringkan bisa dijual dalam bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil  (teh yang disebut gun powder).


3. Oolong

Proses oksidasi dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang biasanya  memakan waktu 2-3 hari.


4. Teh Hitam atau Teh Merah

Daun teh  dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. Teh hitam merupakan jenis teh yang paling umum di Asia Selatan (India, Sri Langka, Bangladesh) dan sebagian besar  negara- negara di Afrika seperti: Kenya, Burundi, Rwanda.


D. Syarat Tumbuh Tanaman Teh

Iklim untuk budidaya teh yang tepat yaitu dengan curah hujan tidak kurang dari 2.000 mm/tahun. Tanaman memerlukan matahari yang cerah. Suhu udara harian tanaman teh adalah 13-25C.

Kelembaban kurang dari 70%. Untuk media tanamnya jenis tanah yang cocok untuk teh adalah Andasol, Regosol, dan Latosol. Namun teh juga dapat dibudidayakan di tanah podsolik (Ultisol), Gley Humik, Litosol, dan Aluvia.

Teh menyukai tanah dengan lapisan atas yang tebal, struktur remah, berlempung sampai berdebu, dan gembur. Derajat kesamaan tanah (pH) berkisar antara 4,5 sampai 6,0. Berdasarkan ketinggian tempat, kebun teh di Indonesia dibagi menjadi tiga daerah yaitu dataran rendah sampai 800 m dpl, dataran sedang 800-1.200 m dpl, dan dataran tinggi lebih dari 1.200 m dpl.

Perbedaan ketinggian tempat menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan kualitas teh. Ketinggian tempat tergantung dari klon, teh dapat tumbuh di dataran rendah pada 100 m dpl sampai ketinggian lebih dari 1000 m dpl (Setyamidjadja, 2000).


E. Teknik Budidaya Teh

Berikut ini terdapat beberapa teknik budidaya teh, antara lain sebagai berikut:


1. Pembibitan

Berikut ini terdapat beberapa langkah-langkah pembibitan teh, antara lain sebagai berikut:


→ Persiapan Lahan

Persiapan lahan dimulai dengan pembongkaran tunggul-tunggul dan pohon sampai ke akar agar  tidak  menjadi sumber penyakit akar. Lahan yang digunakan untuk penanaman baru dapat berupa hutan belantara, semak belukar atau lahan pertanian lain, yang telah diubah dan dipersiapkan bagi tanaman teh. Secara umum  urutan  kerja persiapan lahan bagi penanaman baru adalah sebagai berikut.


  • Survey dan pemetaan tanah

Survey dan pemetaan tanah perlu dilakukan karena berguna dalam me-nentukan sarana dan prasarana yang akan dibangun seperti jalan-jalan kebun untuk  transportasi dan kontrol, pembuatan fasilitas air, serta pembuatan peta kebun dan peta kemampuan lahan.


  • Pembongkaran pohon dan tunggul

Pelaksanaan Pembongkaran pohon dan tunggul dapat dilakukan dengan tiga cara berikut:

  1. Pohon dan tunggul dibongkar langsung secara tuntas sampai keakar-akarnya, agar tidak menjadi sumber penyakit akar bagi tanaman teh.
  2. Pohon dapat dimatikan terlebih dahulu sebelum dibongkar dengan cara pengulitan pohon (ring barking), mulai dari batas permukaan tanah sampai setinggi 1m. setelah 6-12 bulan, pohon akan kering dan mati.
  3. Pohon dimatikan dengan penggunaan racun kimia atau aborosida seperti Natrium arsenat atau Garlon 480 P. Pada cara ini kulit batang dikupas berkeliling selebar 10-20cm, pada ketinggian 50-60 cm dari atas tanah, kemudian diberikan racun dengan dosis 1,5 g/cm lingkaran batang. Pohon akan mati setelah 6-12 bulan, yaitu setelah cadangan pati dalam akar habis. Batang ditebang pada batang leher akar dan tunggul ditimbun sedalam 10 cm dengan tanah.

  • Pembersihan semak belukar dan gulma

Setelah dilaksanakan pembongkaran dan pembuangan pohon, semak belukar dibabat, kemudian digulung kemudian dibuang ke jurang yang  tidak ditanami teh, atau ditumpuk di pinggir lahan yang akan ditanami.

Sampah tersebut tidak boleh dibakar karena pembakaran akan merusak keadaan teh, membunuh mikroorganisme tanah yang berguna, dan akan membakar humus tanah, sehingga akan menyebabkan tanah menjadi tandus. Pembersihan gulma dapat juga menggunakan bahan kimia yaitu herbisida dengan dosis yang telah tercantum dalam merk dagang.


  • Pengolahan tanah

Maksud pengolahan tanah adalah mengusahakan tanah menjadi subur, gembur dan bersih dari sisa-sisa akar dan tunggul, serta mematikan gulma yang masih tumbuh. Areal yang akan ditanami dicangkul sebanyak dua kali.

Pencangkulan pertama dilakukan sedalam 60 cm untuk menggemburkan tanah, membersihkan sisa-sisa akar dan gulma. Sedangkan pencangkulan kedua dilakukan setelah 2-3 minggu pencangkulan pertama, dilakukan sedalam 40 cm untuk maratakan lahan.


  • Pembuatan jalan dan saluran drainase

Setelah pengolahan selesai selanjutnya dilakukan pengukuran dan pematokkan. Ajir/patok dipasang setiap jarak 20 m, baik kearah panjang maupun kearah lebar. Dengan demikian akan terbentuk petakan-petakan yang berukuran 20m x 20m atau seluas 400 m2.

Selesai membuat petakan selanjutnya pembuatan jalan kebun. Dalam pembuatan jalan kebun ini hendaknya dipertimbangkan faktor kemiringan lahan serta faktor pekerjaan pemeliharaan dan pengangkutan pucuk.

Dengan demikian jalan kebun dibuat secukupnya, tidak terlalu banyak yang menyebabkan tanah terbuang dan tidak terlalu sedikit sehingga menyulitkan pelaksanaan pekerjaan di kebun (Darmawijaya, 1977).


→ Membuat naungan

Naungan kolektif dibuat dengan tinggi 2 meter di tas tanah, sedangkan luas bangunannya tergantung pada kebutuhan bibit atau luasan tanam.


→ Persiapan media tanam

Top soil dan sub soil secara terpisah diayak dengan ayakan kawat beriameter 0.5-1 cm, agar bebas sisa kotoransampah, atau batu. Kemudian campur media dengan pupuk  sesuai dengan dosis anjuran. Jika pH tanah masam perlu dilakukan pengapuran terlebih  dahulu. Kemudian isi ke dalam polybag 1/3 sub soil dan 2/3 top soil.


Pembuatan Bedengan

Ukuran bedengan dibuat tinggi 20 cm lebar 1m dan panjang 10- 15m tergantung kebutuhan.


Pengisian kantong plasik

Kantong plastickdiisi 2/3 bagian kemudian disusun diatas bedengan.


Pembuatan sungkup plastik

Rangka sungkup plastik dibuat dari bambu berbentuk setengah lingkaran dengan tingi bagian tengah 60 cm dan bagian tepi 40 cm.


Penanaman setek

Siram terlebih dahulu media tanamnya, sampai cukup basah. Kemudian ditanamkan setek sedalam 4-5 cm, lalu tutup dengan sungkup plastic, biarkan selama 3 bulan.

Dua minggu setelah 3 bulan sungkup dibuka 2 jam yaitu dari pukul 7 sampai 9. Dua minggu berikutnya 4 jam, kemudian 6 jam/hari, setelah ini sungkup dapat dibuka seluruhnya.


2.  Penanaman

Langkah-langkah dalam penanaman tanaman ini dilapangan adalah sebagai berikut:

  • Pembongkaran pohon dan pembebasan semak dan gulma
  • Penggemburan tanah
  • Pembuatan lubang tanam
  • Penentuan waktu tanam
  • Jarak tanam, umumnya jarak tanam yang digunakan adalah empat perseguí panjang, dengan jarak tanam 90 x 120 cm dan 70 x 100 cm. Dibawah ini  terdapat tabel jarak  tanam  yang digunakan dengan jumlah kerapatan tanaman/ ha dan produksi pucuk dari tanaman teh asal setek yang berumur 2.5 tahun.

3. Pemeliharaan Tanaman

Berikut ini terdapat langkah-langkah pemeliharaan tanaman teh, antara lain sebagai berikut:


→ Penyiangan

Pengendalian gulma  pada budidaya teh dapat dilakukan dengan cara mekanis dan cara kimia. Cara mekanis dilakukan dengan cara mengorek dan mencangkul di sekitar tanaman. Metode ini sangat sesuai untuh pertanaman teh yang masih muda.

Pengendalian secara kimia dengan menggunakan herbisida hal ini umum dilakukan perkebunan-perkebunan teh.

Pengendalian cara kimia ini lebih menguntungkan karena:

  • Pemakaian tenaga kerja lebih sedikit
  • Menghindari kerusakan akar teh muda
  • Mengurangi biaya pada periode berikutnya

→ Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu usaha untuk mendorong peningkatan produksi. Dengan adanya pemupukan kebutuhan tanaman akan unsur hara dapat dipenuhi.

Dosis pemupukan ditetapkan berdasarkan analisa tanah dan tanaman.


Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama  dan penyakit dilakukan  sesuai dengan besarnya tingkat serangan. Pengendalian ini  dapat dilakukan dengan cara mekanis dan kinia.


4. Pemetikan

 Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang memenuhi syarat-syarat pengolahan. pemetikan berfungsi pula sebagi usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan.

Panjang pendeknya periode pemetikan ditentukan oleh umur dan kecepatan pembentukan tunas, ketinggian tempat, iklim dan kesehatan tanaman. Pucuk teh di petik dengan periode antara 6-12 bulan. Teh hijau Jepang dipanen dengan frekuensi yang lebih lama yaitu  55 hari sekali.

Di samping faktor luar dan dalam, kecepatan pertumbuhan tunas baru dipengaruhi oleh daun-daun yang tertinggal pada perdu yang biasa disebut daun pemeliharaan.

Tebal lapisan daun pemeliharaan yang optimal adalah 15-20 cm, lebih tebal atau lebih tipis dari ukuran tersebut pertumbuhan akan terhambat. Kecepatan pertumbuhan tunas akan mempengaruhi beberapa aspek pemetikan, yaitu: jenis pemetikan, jenis petikan, daur petik, pengaturan areal petikan, pengaturan tenaga petik, dan pelaksanaan pemetikan.

Beberapa istilah perlu diketahui baik dalam pemetikan maupun dalam menentukan rumus-rumus pemetikan. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Peko adalah kuncup tunas aktif berbentuk runcing yang terletak pada ujung pucuk, dalam rumus petikan tertulis dengan huruf p.
  2. Burung adalah tunas tidak aktif berbentuk titik yang terletak pada ujung pucuk dalam rumus petik tertulis dengan huruf b.
  3. Kepel adalah dua daun awal yang keluar dari tunas yang sebelahnya tertutup sisik. Sisik ini segera berguguran apabila daun kepel mulai tumbuh. Mula-mula tumbuh daun kecil berbentuk lonjong, licin, tidak bergerigi, biasa disebut kepel ceuli. Selanjutnya kepel ceuli diikuti oleh pertumbuhan sehelai daun kepel yang lebih besar yang disebut kepel licin. Setelah daun-daun ini terbentuk, baru diikuti oleh pertumbuhan daun yang bergerigi atau normal. Daun kepel ini dalam rumus petikan ditulis dengan huruf k.
  4. Daun biasa/normal adalah daun yang tumbuh setelah terbentuk daun-daun kepel, berbentuk dan berukuran normal serta sisinya bergerigi. Dalam rumus petik ditulis dengan angka 1,2,3,4 dan seterusnya tergantung beberapa helai daun yang terdapat pada pucuk tersebut.
  5. Daun muda adalah daun yang baru terbentuk tetapi belum terbuka seluruhnya, dan dalam rumus pemetikan ditulis dengan huruf m mengikuti angka (1m, 2m, 3m).
  6. Daun tua adalah daun yang berwarna hijau gelap, terasa keras, dan bila dipatahkan berserat. Dalam rumus pemetikan ditulis dengan huruf t mengikuti angka (1t, 2t, 3t).
  7. Manjing adalah pucuk yang telah memenuhi syarat sesuai dengan sistem pemetikan yang telah ditentukan.

Macam dan rumus petikan adalah sebagai berikut:

  1. Petikan imperial: bila yang dipetik hanya kuncup peko (p + 0).
  2. Petikan pucuk pentil: bila yang dipetik peko dan satu lembar daun dibawahnya (p + 1m).
  3. Petikan halus: bila yang dipetik peko dengan satu lembar atau dua lembar daun burung dengan satu lembar daun muda (p + 1m, b + 1m).
  4. Petikan medium: bila yang dipetik peko dengan dua lembar atau tiga lembar daun muda dan pucuk burung dengan satu, dua atau tiga lembar daun muda ( p + 2m, p + 3m, b + 1m, b + 2m, b + 3m).
  5. Petikan kasar: bila yang dipetik dengan tiga lembar daun tua atau lebih daun burung dengan satu, dua, tiga lembar daun tua (p + 3, p + 4, b + 1t, b + 2t, b + 3t).
  6. Petikan kepel: bila daun yang ditinggalkan pada perdu hanya kepel (p + n/k, b + n/k).

Jenis pemetikan yang dilakukan selama satu daun pangkas terdiri dari:


  1. Pemetikan jendangan

Pemetikan jendangan ialah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas, untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang cukup, agar tanaman mempunyai potensi produksi yang tinggi.


  1. Pemetikan produksi

Pemetikan produksi dilakukan terus menerus dengan daur petik tertentu dan jenis petikan tertentu sampai tanaman dipangkas kembali. Pemetikan produksi yang dilakukan menjelang tanaman dipangkas disebut “petikan gendesan”, yaitu memetik semua pucuk yang memenuhi syarat untuk diolah tanpa memperhatikan daun yang ditinggalkan (Kartawijaya, 1978).


5. Pascapanen

Pengolahan daun teh dimaksudkan untuk mengubah komposisi kimia daun teh segar secara terkendali, sehingga menjadi hasil olahan yang memunculkan sifat-sifat yang dikehendaki pada air seduhannya, seperti warna, rasa, dan aroma yang baik dan disukai.

Bahan kimia yang terkandung dalam daun teh terdiri dari empat kelompok yaitu subtansi fenol (catechin dan flavanol), subtansi bukan fenol (pectin, resin. vitamin, dan mineral), subtansi aromatik dan enzim-enzim.

Daun teh yang dipetik, awal mula melewati proses pelayuan yang memakan waktu 18 jam disebuah tempat berbentuk persegi panjang bernama withered trough.

Setiap 4 jam daun dibalik secara manual. Masing-masing withered trough memuat 1 sampai 1,5 ton daun teh. Fungsi dari proses pelayuan ini adalah untuk menghilangkan kadar air sampai dengan 48%.

Daun-daun teh yang sudah layu kemudian dimasukan kedalam gentong dan diangkut menggunakan monorel ke tempat proses berikutnya. Dari monorel daun-daun dimasukan ke mesin penggilingan.

1 mesin memuat 350 kg daun teh dan waktu untuk menggiling adalah 50 menit. Setelah digiling, daun teh dibawa ketempat untuk mengayak.

Proses untuk mengayak ini terjadi beberapa kali dengan hasil hitungan berdasarkan jumlah mengayak: bubuk 1, bubuk 2, bubuk 3, bubuk 4, dan badag.

Sementara itu hasil ayakan terakhir yaitu badag tidak melewati proses fermentasi. Badag dan bubuk-bubuk yang telah melewati proses fermentasi kemudian dibawa ke ruangan berikutnya untuk dikeringkan.

Lamanya proses pengeringan adalah 23 menit dengan suhu 100o C. Bahan bakar untuk proses pengeringan ini adalah kayu dan batok kelapa untuk rasa yang lebih enak.

Usai dikeringkan, daun dibawa ke ruangan sortasi,. Ada 3 jenis pekerjaan yang dilakukan diruangan sortasi. pertama, memisahkan daun teh yang berwarna hitam dan yang berwarna merah dengan menggunakan alat yang disebut Vibro. Kedua, memisahkan ukuran besar dan ukuran kecil.

Setelah semua proses selesai dikerjakan maka teh harus diperiksa dahulu (quality control). Bila daun tersebut memenuhi standar maka akan dikemas ditempat penyimpanan sementara (disimpan didalam tong plastik berukuran besar).

Bila sudah siap untuk dipasarkan, contohnya di ekspor maka  daun tehyang siap dipasarkan tersebut akan dikemas kedalam papersack (Setyamidjadja, 2000).


Sekian Materi Pada Hari Ini Mengenai Budidaya Perkebunan Dengan Materi Budidaya Teh: Sejarah, Manfaat, Jenis dan Syarat

Semoga Apa yang Disampaikan Bermanfaat Buat Para Perkebunan. Terima Kasih …!!!


Baca Artikel Lainnya: