Tanaman porang (Amorphophallus muelleri) telah menjadi komoditas pertanian bernilai tinggi di Indonesia. Umbi porang mengandung glucomannan, serat alami yang banyak digunakan dalam industri pangan, kosmetik, dan farmasi. Permintaan pasar yang terus meningkat, baik domestik maupun internasional, menjadikan budidaya porang sebagai peluang usaha yang menjanjikan. Artikel ini akan membahas secara mendetail langkah-langkah budidaya porang, mulai dari persiapan lahan hingga proses panen, untuk membantu Anda meraih hasil optimal.
Persiapan Lahan untuk Budidaya Porang

Pemilihan Lokasi
Tanaman Porang tumbuh optimal di bawah naungan dengan intensitas cahaya sekitar 60%. Oleh karena itu, tanaman ini sering ditemukan tumbuh liar di bawah tegakan pohon jati, mahoni, atau sengon. Untuk budidaya, pilih lokasi yang memiliki naungan alami atau siapkan naungan buatan untuk melindungi tanaman dari sinar matahari langsung.
Kondisi Tanah
Tanah yang ideal untuk Tanaman porang adalah tanah yang gembur, subur, dan memiliki drainase baik. pH tanah yang disarankan berkisar antara 6 hingga 7. Sebelum penanaman, lakukan pengolahan tanah dengan cara mencangkul atau membajak sedalam 20-30 cm untuk memperbaiki struktur tanah dan menghilangkan gulma. Penambahan pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang sebanyak 20 ton per hektar dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Pemilihan dan Penyiapan Bibit Porang
Sumber Bibit
Bibit porang dapat diperoleh dari beberapa sumber, antara lain:
- Umbi: Umbi porang yang sehat dan bebas dari penyakit dapat digunakan sebagai bibit. Pilih umbi dengan berat minimal 200 gram untuk memastikan pertumbuhan yang baik.
- Bintil (Bulbil/Katak): Bintil yang tumbuh pada tangkai daun porang dapat dipanen dan dijadikan bibit. Bintil ini biasanya berdiameter sekitar 2-3 cm.
- Biji: Tanaman Porang juga dapat diperbanyak melalui biji yang dihasilkan dari bunga. Namun, metode ini jarang digunakan karena memerlukan waktu lebih lama untuk mencapai ukuran panen.
Penyiapan Bibit
Sebelum penanaman, rendam bibit umbi atau bintil dalam larutan fungisida selama 15-30 menit untuk mencegah serangan jamur. Setelah itu, keringkan bibit di tempat teduh selama beberapa jam sebelum ditanam.
Cara Menanam Porang

Waktu Penanaman
Cara menanam porang sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan, sekitar bulan Oktober hingga November. Ketersediaan air yang cukup pada periode ini akan mendukung pertumbuhan awal tanaman.
Jarak Tanam
Jarak tanam yang ideal untuk porang adalah 90 x 90 cm atau 100 x 100 cm. Pengaturan jarak ini memberikan ruang yang cukup bagi umbi untuk berkembang dan memudahkan perawatan.
Proses Penanaman
- Pembuatan Lubang Tanam: Gali lubang dengan ukuran 20 x 20 x 20 cm.
- Penempatan Bibit: Letakkan bibit umbi atau bintil dengan posisi tunas menghadap ke atas.
- Penutupan Lubang: Tutup lubang dengan tanah gembur hingga bibit tertutup sempurna. Hindari pemadatan tanah yang berlebihan.
Perawatan Tanaman Porang
Penyiraman
Pada fase awal pertumbuhan, pastikan tanah tetap lembab dengan melakukan penyiraman secukupnya. Namun, hindari genangan air yang dapat menyebabkan pembusukan umbi.
Penyiangan
Gulma dapat menjadi pesaing bagi porang dalam hal nutrisi dan air. Lakukan penyiangan secara rutin, terutama pada 3 bulan pertama setelah penanaman, untuk memastikan pertumbuhan optimal.
Pemupukan
Pemupukan lanjutan diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan umbi. Berikut rekomendasi pemupukan:
- Pemupukan Pertama: Dilakukan satu bulan setelah tanam dengan pupuk NPK (15:15:15) sebanyak 200 kg per hektar.
- Pemupukan Kedua: Dilakukan tiga bulan setelah tanam dengan dosis dan jenis pupuk yang sama.
Pemupukan dapat dilakukan dengan cara menaburkan pupuk di sekeliling tanaman dengan jarak sekitar 10 cm dari batang, kemudian ditutup dengan tanah.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Meskipun porang relatif tahan terhadap hama dan penyakit, pengawasan tetap diperlukan. Hama seperti ulat dan belalang dapat merusak daun, sementara penyakit seperti busuk umbi disebabkan oleh jamur. Pengendalian dapat dilakukan dengan:
- Pengendalian Hama: Menggunakan insektisida nabati atau kimia sesuai dosis anjuran.
- Pengendalian Penyakit: Menggunakan fungisida dan memastikan drainase lahan baik untuk mencegah kelembapan berlebih.
Masa Panen dan Pasca Panen

Waktu Panen
Porang biasanya siap panen setelah berumur 2-3 tahun. Tanda-tanda porang siap dipanen adalah daun yang mulai menguning dan mengering secara alami. Umbi yang telah matang memiliki ukuran besar dan tekstur yang lebih padat.
Teknik Panen
- Pemanenan Manual: Menggunakan cangkul atau garpu tanah untuk menggali umbi dengan hati-hati agar tidak rusak.
- Penyortiran: Pisahkan umbi berdasarkan ukuran untuk mempermudah proses distribusi.
- Pembersihan dan Pengeringan: Bersihkan umbi dari tanah dan kotoran, kemudian jemur di bawah sinar matahari selama beberapa hari hingga kadar airnya berkurang.
Pemasaran dan Prospek Usaha
Budidaya porang memiliki prospek bisnis yang sangat menjanjikan. Permintaan ekspor ke negara-negara seperti Jepang, China, dan Korea terus meningkat. Petani porang dapat menjual hasil panen dalam bentuk umbi segar, irisan kering (chip porang), atau tepung porang. Untuk memperluas pasar, pertimbangkan untuk bermitra dengan perusahaan eksportir atau mengajukan sertifikasi produk agar dapat memenuhi standar internasional.
Budidaya Porang sebagai Investasi Jangka Panjang
Budidaya tanaman porang menawarkan peluang usaha yang menguntungkan dengan prospek pasar yang luas. Dengan teknik budidaya yang tepat, mulai dari pemilihan lokasi, persiapan lahan, perawatan, hingga panen, petani dapat memperoleh hasil yang maksimal. Perawatan yang baik dan strategi pemasaran yang efektif akan memastikan kesuksesan dalam bisnis porang. Jika dikelola dengan benar, budidaya porang bisa menjadi investasi jangka panjang yang menguntungkan bagi para petani.